Konservasi Arsitektur "Museum Bank Indonesia"
Museum
Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl.
Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan
menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya
peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan
pengaruh lokal. Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan
lembaga yang sangat vital dalam kehidupan perekonomian nasional karena
kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI akan memiliki dampak yang langsung
dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, telah
lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa. Namun, masih banyak
masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang
pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap
BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena tidak
cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat
diakses dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
v
Musem
Bank Indonesia
Museum ini
menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang
dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya
Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi
pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai
dengan tahun 2005. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa
dengan memanfaatkan teknologi
modern dan multi
media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan
diorama sehingga menciptakan
kenyamanan pengunjung dalam
menikmati Museum Bank Indonesia.
v
Revitalisasi Musem Bank Indonesia
Revitalisasi
merupakan upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang
dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro.
Awal mulanya
bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang
bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan tersebut di
ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama De Javashe
Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun
kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral
Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia. Akhirnya pada tahun
2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong
tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh
masyarakat umum.
Menurut buku konsep penyajian museum alur pengunjung dan
penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada fase konseptual. Disamping
untuk ruang pamer dalam (interior) alur ini juga berlaku untuk penataan luar
(exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji secara holistik atau terpadu.
Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan gagasan pola
alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:
q Alur
Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar
q Konsep
dan Besaran ruang
q Material
(bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual dan visual concept)
Dalam membuat museum salah satu yang
harus diperhatikan adalah besaran ruang dan sirkulasi pada museum tersebut
sehingga pengunjung yang ingin masuk tidak harus menunggu pengunjung yang
didalam museum keluar terlebih dahulu atau terjadinya penumpukan pengunjung.
Karena bangunan museum BI adalah bangunan hasil revitalisasi dari bangunan
rumah sakit dan kantor, maka terdapat adanya masalah yaitu ruangan dan
sirkulasi yang tidak memenuhi standar ketentuan dalam pembuatan museum
Untuk konsep yang disajikan pada
Museum BI sudah cukup baik artinya sesuai dengan konsep penyajian museum,
menurut pendekatan konsep alur penyajian, Museum BI ini menggunakan pendekatan
taksonomik, yaitu lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki
kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan
pembuat. Menurut textual dan visual konsepnya museum BI ini memiliki gaya
arsitektur neo-klasikal, dapat dikatakan neo-klasikal karena bangunan Museum BI
memiliki ciri bentuk bangunannya yang simetris, temboknya dibuat dengan ukuran
tebal, plafonnya yang tinggi, dan lantainya terbuat dari marmer.
Aktivitas Di Museum Bank Indonesia
A. Jelajah Museum
Jelajah
Museum adalah salah satu program bagi masyarakat guna memberikan informasi
mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia,
sekaligus wahana rekreasi yang edukatif. Sambil menyusuri bangunan arsitektur
yang bersejarah ini, pengunjung akan diajak untuk memahami perjalanan Bank Indonesia
dari masa ke masa. Untuk mengikuti acara ini peserta wajib mendaftarkan diri
terlebih dahulu.
B. Forum
Diskusi
Untuk
membekali pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia
sebagai bank sentral, Museum Bank Indonesia menyelenggarakan Forum Diskusi.
Dalam acara ini Anda bisa bertukar pikiran dan mendapatkan informasi yang
akurat mengenai perkembangan kebijakan-kebijakan terkini Bank Indonesia. Acara
ini terbuka untuk mahasiswa dan umum.
C. Ragam
Interaksi
Museum Bank
Indonesia mengundang pecinta
gedung tua, peneliti
sejarah, pecinta museum, komunitas seni budaya, sanggar belajar dan
bermain anak-anak serta berbagai komunitas independen lainnya untuk bekerjasama
mengadakan beragam acara menarik
seperti jalan-jalan Kota
Tua, pentas musik
sore, pemutaran film, peluncuran buku, atau pun lomba menggambar.
D. Galery
Budaya
Dalam rangka mengembangkan sikap kritis terhadap
nilai-nilai seni dan budaya serta menumbuhkan iklim apresiasi, Museum Bank
Indonesia menyelenggarakan program edukatif-kultural Galeri Budaya. Museum Bank
Indonesia mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama merealisasikan program
ini dalam bentuk kegiatan pameran temporer, baik yang berskala nasional maupun
internasional
Ilustrasi Kasus
Merupakan
denah lantai 1 Museum Bank Indonesia yang terdiri dari beberapa ruang
diantaranya :
1) Pintu masuk belakang
2) Ruang serba guna
3) Ruang gelar budaya
4) Ruang jeda
5) Ruang penerbitan & pengedaran uang
6) Ruang perpustakaan
Merupakan
denah lantai 2 Museum Bank Indonesia yang terdiri dari beberapa ruangan
diantaranya :
- Pintu
Masuk Utama
- Ruang
Penitipan Barang
- Ruang
Manager
- Ruang
Lobby Hall & Loket
- Ruang
Pelayanan Pengunjung
- Ruang
Peralihan
- Ruang
Theater
- Ruang
Informasi BI
- Ruang
Sejarah Pra BI
- Ruang
Sejarah BI Periode -1
- Ruang
Sejarah BI Periode -2
- Ruang
Sejarah BI Periode -3
- Ruang
Sejarah BI Periode -4
- Ruang
Sejarah BI Periode -5
- Ruang
Sejarah BI Periode _6
- Ruang
Jeda & Children Comer
- Ruang
Direktur
- Ruang
Gubernur
- Ruang
Meeting
- Ruang
Gelar Budaya
- Ruang
Inspirasi
- Ruang
Jeda & Children comer
- Ruang
Numismatik
- Ruang
BI Future
- Ruang
Kerja
- Ruang
Emas
- Ruang Souvenir
Merupakan
ruang loket pengelola tiket yang dulu fungsinya adalah sebagai ruang transaksi
uang
Merupakan
ruangan yang masih menjadi bagian dari ruang lobby penerimaan



Merupakan
bagian eksterior ( depan, samping dan belakang ) Museum Bank Indonesia.
Arsitektur Neo-klasik tetap dipertahankan seperti awal mula gedung ini dibangun
sebagai Rumah Sakit dan Kantor
KESIMPULAN / PENUTUP
q
Keuntungan Museum BI ini adalah edukatif dan rekreatif.
Beberapa media interaktif yang digunakan dalam museum tersebut mencoba
menjelaskan beberapa pengetahuan perbankan dan moneter yang cukup rumit untuk
dimengerti oleh masyarakat awam. Adanya game dengan media teknologi yang
canggih, maka materi yang disampaikan oleh musum BI ini dapat membantu untuk
lebih dimengerti.
q
Kekurangan Museum BI ini adalah ruangan dan sirkulasi
yang tidak sesuai standar ketentuan penyajian museum sehingga, pengunjung yang
ingin masuk harus menunggu pengunjung yang didalam untuk keluar. Hal ini
terjadi selain bangunan yang dulunya rumah sakit dan kantor, faktor lainnya
adalah banyaknya pengunjung yang tetarik dengan area kota tua, sehingga Museum
BI ini menjadi bangunan yang wajib dikunjungi ketika berada di daerah Kota Tua,
Jakarta.
Komentar
Posting Komentar